Wednesday, January 21, 2015

THAILAND

Alhamdulillah diberi kesempatan untuk dapat menginjakkan kaki di negeri gajah putih Thailand dalam rangka workshop. Saya mengikuti workshop selama dua pekan, dimana hal ini akan menjadi sebuah pengalaman yang sangat menarik dan mendatangkan banyak manfaat. Selain mengikuti workshop, saya juga sempat melihat-lihat sebagian sudut Kota Bangkok. Secara umum tidak jauh berbeda antara Kota Bangkok dengan ibu kota negara Indonesia, Jakarta, kecuali tulisannya saja. Ya, tulisan. Di Thailand menggunakan bahasa Thai dengan hurufnya yang khas. Sebagian besar papan informasi ditulis dengan huruf ini dan kadang ada versi bahasa Inggris-nya. Kalau tidak ada versi Inggris-nya memang sangat membingungkan, mengejanya pun tidak bisa. Kalau dilihat secara sekilas tulisannya seperti Aksara Jawa. Bagi orang Jawa mungkin sudah bisa membayangkannya.




Ketika di Thailand, kita harus hati-hati dalam membeli makanan, khususnya bagi yang muslim, karena dikhawatirkan di dalam makanan tersebut tercampuri bahan-bahan yang tidak boleh dimakan, dimana sebagaian besar penduduk Thailand adalah beragama Budha. Bukannya SARA lho ya, kita hanya menghindari hal yang subhat. Pada saat itu, makan pagi sudah disediakan di hotel jadi kita bisa memilih dan memilah makanan. Ketika waktu makan siang tiba, makanan sudah disediakan oleh panitia workshop dan makanan dibedakan. Sementara pada waktu malam, hiks.., kita harus beli sendiri. Dan akhirnya seperti inilah menu makan malam saya selama di Thailand.




Pada saat “jam kosong”, saya berkesempatan pergi ke Chatuchak Weekend Market. Tempat ini merupakan salah satu destinasi belanja di Bangkok dan katanya juga merupakan salah satu tempat wisata belanja yang paling besar di Asia Tenggara. Disini kita bisa membeli cinderamata khas Thailand, biasanya yang sering dibeli adalah tas yang ada gambar gajahnya, kaos dengan tulisan Thailand dan gambar gajah, gantungan kunci, dll. Barang-barang tersebut dijual di gerai-gerai kecil yang tersebar di lokasi ini. Chatuchak sudah sangat terkenal dan ketika kita datang kesini bisa jadi akan ketemu orang Indonesia yang sedang belanja juga. Bahkan beberapa pedagang bisa bahasa Indonesia, mungkin karena sering bertransaksi dengan orang Indonesia ya..hehe.


Jika Anda masih belum puas belanja disini, karena hanya buka di akhir pekan saja dan hanya dari pagi sampai sore saja, Anda bisa melanjutkan hasrat belanja di Mah Boon Krong. Susah ya nyebutnya? Tempat ini memang familiar dengan sebutan MBK. Di lantai 6, Anda bisa menjumpai gerai-gerai kecil seperti di Chatuchak yang menjual pernak-pernik khas Thailand, hanya saja yang ini letaknya di dalam mall. Namun jangan kuatir, Anda masih bisa menawar saat belanja di sini, ups.. MBK buka setiap hari dari pagi sampai malam. Dan saya juga ke sini, hehe.

Ketika perut mulai menuntut haknya, kita bisa membeli makanan di Platinum Food Center. Tempat ini beda gedung tapi masih dalam satu kawasan dengan MBK. Di food court ini menggunakan sistem kartu, jadi transaksi tunai hanya pada saat masuk ke food court atau kalau sudah selesai makan dan masih terdapat sisa nominal uang di dalam kartu tersebut.


Masih di pusat kota Bangkok, kita juga bisa mengunjungi Jim Thompson House Museum. Konon katanya Jim Thompson adalah pengusaha sutera dari Amerika yang tinggal di tempat ini yang akhirnya dijadikan museum. Dia juga hobi mengoleksi bahan-bahan antik dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia. Disini kita juga bisa melihat rumah dengan arsitektur Thailand.




Mumpung di Bangkok, Anda juga jangan sampai lupa untuk naik MRT (Mass Rapid Transportation). Ketika di Jakarta masih bermimpi untuk membangun MRT, di Bangkok sudah ada terlebih dahulu, tapi kurang tau pasti kapan mulai ada. Pada saat peak hour, jalan di Bangkok juga sama macetnya seperti Jakarta, namun MRT ini bisa menjadi salah satu alternatif. Sistem tiket kurang lebih sama seperti naik KRL di Jakarta, namun disini bentuknya seperti koin. Mungkin akan menjadi pengalaman tersendiri ketika kita naik kereta bawah tanah ini. Saya ke Chatuchak dan MBK dengan moda transportasi ini.








Selain itu, Anda juga jangan ketinggalan untuk naik boat. Ya, naik boat di sungai di Bangkok. Kota Bangkok memang merupakan kota metropolitan namun lingkungan, termasuk sungai, masih dijaga kelestariannya. Transportasi air sangat diperhitungkan di kota ini. Hal ini mungkin bisa di contoh oleh Jakarta ya. Kalau “hanya” dengan larangan membuang sampah di sungai tidak digubris, maka sungai perlu di buat begitu berarti, salah satunya dibuat jalur transportasi, sehingga masyarakat bisa sadar dengan sendirinya dan akhirnya akan turut menjaga kelestariannya.