Wednesday, September 26, 2012

KOTA MEDAN

Alhamdulillah beberapa waktu yang lalu saya sempat menginjakkan kaki di Kota Medan. Kota Medan dapat ditempuh sekitar 2 jam lebih perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta, Jakarta ke Bandara Internasional Polonia, Medan. Banadara internasional ini unik karena terletak di tengah kota berbeda dengan bandara-bandara lain yang ada di Indonesia.

Selimut gelap malam mulai terselingkap. Sinar mentari pun mulai membangunkan aktivitas kota. Lalu lalang kendaraan mulai memenuhi badan jalan. Pagi itu pun saya lebih memilih jalan kaki menelusuri beberapa ruas jalan Kota Medan. Memang sungguh luar biasa akan hiruk pikuknya Kota Medan. Kegiatan ekonomi, sosial, agama serta budaya, yang tidak hanya melibatkan satu etnis saja tapi multietnis yang bersatu padu membentuk sebuah ekosistem yang saling berkait. Masing-masing memiliki peranan dan fungsinya dalam membentuk struktur dan sistem kota.

Salah satu hal yang membuat saya tertarik di Kota Medan adalah banyak dijumpai bangunan ruko-ruko tua yang tegak berdiri di kanan-kiri sepanjang ruas jalan yang masih berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu untuk tempat tinggal dan tentunya untuk berdagang. Ketika kita melintas di sepanjang jalan bangunan-bangunan kuno ini seakan kita masuk dalam lorong waktu dan kembali ke masa lalu, wah lebay ya, hehe. Memang sangat unik. Hal ini tentu perlu tetap dilestarikan sebagai urban heritage yang sangat memungkinkan untuk dapat menarik minat wisatawan.





Berdasarkan sejarah, Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan dinyatakan sebagai tempat kediaman Sultan Deli. Pada tahun 1883, Medan telah menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran.

Setelah mendokumentasikan ruko-ruko tua, akhirnya saya melanjutnya perjalanan saya di Kota Medan dengan kendaraan khas Kota Medan, “bentor” alias becak motor. Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke Masjid Raya Medan.


Berdasarkan sejarah, masjid ini dibangun pada tahun 1906 dan selesai pada tahun 1909. Gaya arsitekturnya khas Timur Tengah, India dan Spanyol. Masjid ini berbentuk segi delapan dengan atap berwarna hitam. Masjid ini kelihatan sangat unik dan menarik. Sungguh luar biasa!

Tak jauh dari Masjid Raya Medan ini, terdapat Istana Maimun. Berdasarkan sejarah, istana ini dibangun oleh Sultan Deli, Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah pada tahun 1888. Istana ini memiliki arsitektur melayu, dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia. Istana Maimun didominasi dengan warna kuning, warna khas melayu. Istana ini memiliki 2 lantai. Sayang pada waktu saya datang kesini masih tutup karena masih pagi sehingga tidak bisa masuk ke dalam. Istana ini terbuka untuk umum setiap hari jam 08.00 – 17.00. Jadi kalau Anda datang ke Kota Medan jangan sampai lupa datang ke Istana Maimun ini.




Sebelum meninggalkan Kota Medan, jangan sampai lupa membawa oleh-oleh khas Kota Medan, Bika Ambon Zulaikha yang ada di Jl. Majapahit No. 62 dan Bolu Meranti di Jl. Kruing No. 2-K. Dan juga kalau lagi musimmnya jangan sampai lupa makan durian Medan yang banyak dijual di pinggir jalan pada malam hari sambil bercengkerama. Nikmat banget deh pokoknya.

Memang hebatnya kualitas bangunan kuno yang pernah ada menunjukkan salah satu ciri tingginya peradaban bangsa Indonesia. Kita sebagai generasi penerus sudah selayaknya menjaga warisan yang sangat luar biasa tersebut, terlebih kita juga harus bisa meneladani setiap hikmah yang terkandung dibalik dinding bangunan-bangunan tersebut.