Thursday, August 13, 2009

KEPALA IKAN

Di tengah-tengah kepenatan mengerjakan TA, saya mencoba untuk refresing dengan membaca buku. Tentu bukan buku-buku yang berat, seperti pergerakan, idealisme, dan sejenisnya. Namun buku kisah yang penuh hikmah. Salah satu kisahnya adalah sebagai berikut.

Pada suatu hari diadakan pesta emas peringatan 50 tahun pernikahan sepasang kakek nenek. Pesta ini dihadiri oleh keluarga besar kakek dan nenek tersebut beserta kerabat dekat dan kenalan. Pasangan kakek nenek ini dikenal sangat rukun, tidak pernah terdengar oleh siapapun bahkan pihak keluarga mengenai berita mereka perang mulut.

Di sela-sela makan malam, mereka masih terlihat sangat romantis. Di meja makan, telah tersedia hidangan ikan yang merupakan kegemaran kedua pasangan tersebut. Sang kakek pun melayani sang nenek dengan mengambilkan kepala ikan dan memberikannya kepada sang nenek, kemudian mengambil sisa ikan tersebut untuknya sendiri. Sang nenek melihat hal ini perasaanya terharu bercampur kecewa. Akhirnya sang nenek berkata kepada sang kakek:

Suamiku, kita telah melewati 50 tahun bahtera pernikahan kita. Ketika engkau memutuskan untuk melamarku, aku memutuskan untuk hidup bersamamu dan menerima dengan segala kekurangan yang ada untuk hidup sengsara denganmu walaupun aku tahu waktu itu kondisi keuangan engkau pas-pasan. Aku menerima hal tersebut karena aku sangat mencintaimu. Sejak awal pernikahan kita, ketika kita mendapatkan keberuntungan untuk dapat menyantap hidangan ikan, engkau selalu hanya memberiku kepala ikan yang sebetulnya tidak sangat aku suka, namun aku tetap menerimanya dengan mengabaikan ketidaksukaanku tersebut karena aku ingin membahagiakanmu. Aku tidak pernah lagi menikmati daging ikan yang sangat aku suka selama masa pernikahan kita. Sekarangpun setelah kita berkecukupan, engkau tetap memberiku hidangan kepala ikan ini. Aku sangat kecewa suamiku. Aku tidak tahan lagi untuk mengungkapkan hal ini.”

Sang kakek pun terkejut dan bersedihlah hatinya mendengarkan penuturan sang nenek. Akhirnya sang kakek pun menjawab, “istriku, ketika engkau memutuskan untuk menikah denganku, aku sangat bahagia dan aku pun bertekad untuk selalu membahagiakanmu dengan memberikan yang terbaik untukmu. Sejujurnya, hidangan kepala ikan ini adalah hidangan yang sangat aku suka. Namun aku selalu menyisihkan hidangan kepala ikan ini untukmu, karena aku ingin memberikan yang terbaik bagimu. Semenjak menikah denganmu, tidak pernah lagi aku menikmati hidangan kepala ikan yang sangat aku suka itu. Aku hanya bisa menikamati daging ikan yang tidak aku suka karena banyak tulangnya itu. Aku minta maaf istriku.”

Mendengar hal tersebut, sang nenek pun menangis. Mereka akhirnya berpelukan. Percakapan pasangan ini didengar oleh undangan yang sehingga akhirnya mereka pun ikut terharu.

Setelah membaca kisah tersebut benak saya langsung bernostalgia dengan romantisme kebersamaan dan perjuangan kita di ITS dulu (wah-wah kaya’ sudah tua aja nich…hehe). Mungkin saat kita bersama dan berjuang dulu (baik di angkatan, kajian, jurusan, HMJ, LMF, LM, MKM, LSM, LMB, BEM ITS, pemandu LKMM TM 2009, dan semua kepanitian serta acara) kita mencoba untuk saling memberikan yang terbaik antara yang satu dengan yang lainnya. Namun siapa tahu kalau yang coba kita persembahkan yang terbaik itu justru merupakan sesuatu yang paling tidak disukai oleh kawan kita. Hal itu malah akan membuat kawan kita menjadi sedih, sakit, marah, bahkan kecewa terhadap kita. Itulah pentingnya rasa saling percaya ketika kita bersama dan berjuang. Kita masih ber-positive thinking ketika ada sesuatu yang tidak mengenakkan dari kawan kita. Coba bayangkan jika pasangan kakek dan nenek tersebut tidak saling percaya. Bisa saja pernikahan yang telah dirintis dengan cinta yang tulus itu tidak akan bertahan sampai 50 tahun. Pun juga dengan kebersamaan dan perjuangan kita, jika tidak ada rasa saling percaya maka bisa juga akan runtuh di tengah jalan. Maka selamat bagi semuanya yang telah melewati bahtera kebersamaan dan perjuangan ini dengan rasa saling percaya. Jaga terus rasa saling percaya tersebut karena kebersamaan dan perjuangan kita akan terus berlanjut untuk masa pasca kampus, untuk masa yang akan datang, untuk masa yang tak kan terbatas, serta untuk masa di pertemuan kelak.

Saturday, August 8, 2009

KATA PENGANTAR LPJ BEM ITS 08-09

Seiring sinar matahari yang tak lekang menyinari kegelapan, segala puji syukur terlantunkan kepada Allah yang Maha Kuasa atas segala makhluknya. Dia-lah yang menciptakan merahnya darah dan beningnya air mata.

Sudah genap satu periode perjuangan BEM ITS 2008/2009 “Matang dan Berdedikasi”. Jejak-jejak langkah BEM ITS terus menapaki pengawalan perubahan bangsa. Memang inilah perjuangan kami. Perjuangan yang sepi dari keangkuhan namun ramai dengan kontribusi nyata. Perjuangan yang miskin dari arogansi namun kaya dengan solusi. Sebagaimana hal ini diungkapkan dalam sebuah syair berikut.

Anak-anak muda itu pelan-pelan bergerak meninggalkan barak kenyamanannya

Perlahan dan pasti derap langkah mantapnya mengawal perubahan

Tak banyak pasang mata menyaksikannya

Tak banyak pula yang sadari makna yang coba mereka hadirkan di tiap keping kisahnya

Hingga diri ini pun tak lagi ingat

Kapan pertama kali persuaan dengan sosok-sosok tangguh itu

Sosok-sosok yang pelan-pelan menulis sejarah terbaik peradaban manusia dengan tinta & kisah terbaik yang mereka miliki

Semuanya begitu teratur

Hingga sang waktupun hanya bisa menyertai kerja-kerja mereka bersama beberapa batu pejal yang begitu menggoda tuk dilewatkan begitu saja tanpa ukiran yang berarti

Dan pada ujungnya menunggu

Menunggu ledakan karya-karya yang mempercepat langkah-langkah kebangkitan peradaban umat manusia

Ada sebuah ungkapan yang sangat menarik yang dikatakan oleh William Blake,No bird soars too high if he soars with his own wings.” Begitu pula dalam perjuangan ini, BEM ITS tidak akan dapat melaju dengan cepat tanpa adanya kontribusi, totalitas, serta komitmen dari pihak-pihak lain. Sebuah kerja bersama yang konstruktif yang mampu mengawal dinamisasi bangsa. Oleh karena itu, BEM ITS mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya kepada semua pihak yang selama ini telah berjuang bersama. BEM ITS juga mohon maaf apabila selama perjuangan kami ada tutur kata, tindak tanduk, dan segala hal yang kurang berkenan kepada semuanya.

Perjuangan yang selama ini digelorakan BEM ITS semoga dapat membawa perubahan yang berarti, perubahan yang mengarah kepada keberpihakan kepada yang benar, kepedulian kepada yang lemah, dan militansi kepada keadilan. Itu semua tak kan terwujud tanpa adanya petunjuk dan pertolongan dari Allah SWT. Kita berjuang seraya berdoa “Ya Allah, kami mohon yang terbaik dari-Mu dan senantiasa memohon yang baik-baik dari Tuhan Yang Maha Baik seperti-Mu. Maka takdirkanlah kami bisa melakukan kebaikan demi kebaikan yang memang diprasyaratkan untuk siapa saja yang ingin mendapatkan kebaikan.” Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik bagi BEM ITS dan kita semua. Amin.

Yang terkahir, Hasan Al-Banna pernah berkata, “Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya.” Perjuangan BEM ITS tidak akan berakhir sampai di sini. Estafeta perjuangan ini akan terus berlanjut selama kekuatan visi, keberanian perjuangan, dan keikhlasan pengorbanan masih terus mengalir di urat nadi kami.

Marilah kawan mari kita kabarkan,

di tangan kita tergenggam arah bangsa.

Marilah kawan mari kita nyanyikan,

sebuah lagu tentang perubahan.

VIVAT!!!

BEM ITS 2008/2008 “Matang dan Berdedikasi”