Alhamdulillah saya sempat bersinggah di Kota Bukittinggi pada Bulan Agustus 2011 lalu, kota yang sangat luar biasa. Banyak hal ada disini mulai dari situs sejarah, keindahan alam sampai wisata belanja. Kota Bukittinggi terletak di Provinsi Sumatera Barat, yang berjarak 91 km dari Kota Padang atau sekitar 2 jam perjalanan jika ditempuh dengan mobil.
Jangan khawatir, 2 jam di perjalanan tidak akan membuat kamu boring karena sepanjang jalan sangat excited. Jalan berbukit dan agak berkelok serta diapit dengan hutan-hutan nan hijau yang kadang diselingi rumah-rumah penduduk. Saat kita mulai lelah di tengah perjalanan, nanti kita akan disemangati oleh keindahan Air Terjun Lembah Anai yang terletak tepat di pinggir jalan Kota Padang – Kota Bukittinggi. Jika kita ingin masuk, jangan lupa membayar tiket hanya Rp 2.000,00 saja. Hmm, pancaran pesona air terjun dengan ditambah bentangan jembatan rel kereta api di atas jalan raya nan eksostik akan membuat kita tak sabar lagi untuk segera sampai di Kota Bukittinggi. Yuk kita lanjutkan perjalanan!
Sesampainya di Kota Bukittinggi, kira-kira hal apa yang ingin kita ketahui? Yup betul, jam gadang! Jam Gadang adalah icon Kota Bukittinggi yang terletak sebagai landmark di tengah kota. Kita tak usah bingung-bingung mencarinya, karena sudah kelihatan dari kejauhan karena bangunannya yang tinggi. Jam besar adalah arti dari jam gadang dalam Bahasa Minangkabau. Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazid Sutan Gigi Ameh. Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, Controleur (Sekretaris Kota) Bukittinggi pada masa Pemerintahan Hindia Belanda dulu. Peletakan batu pertama jam ini dilakukan putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun. Pada awalnya puncak menara jam ini berbentuk bulat dan di atasnya berdiri patung ayam jantan. Saat masuk menjajah Indonesia, pemerintahan pendudukan Jepang mengubah puncak itu menjadi berbentuk klenteng. Pada masa kemerdekaan, bentuknya berubah lagi menjadi ornamen rumah adat Minangkabau seperti sekarang ini, lebih bagus kan! Pembangunan Jam Gadang ini konon menghabiskan total biaya pembangunan 3.000 Gulden. Waw..! biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu. Jam gadang ini tetap kokoh tegak berdiri pada saat Kota Padang dilanda gempa bumi pada akhir September 2009 silam walau terdapat keretakan di beberapa sudut bangunan.
Kalau kita bicara tentang Kota Bukittinggi memang tidak ada habisnya. Baik, untuk mengetes tingkat nasionalisme kamu coba tebak dimana Bung Hatta dilahirkan? Yup betul bagi yang jawab Kota Bukittingi. Disinilah Sang Proklamator Bung Hatta dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1902. Makanya di kota ini dibangun Taman Monumen Bung Hatta. Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia pun, Kota Bukittinggi juga tak luput dari peranan perjuangannya dimana pada tanggal 19 Desember 1948, kota ini ditunjuk sebagai ibukota negara Indonesia setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda atau dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Dikemudian hari, peristiwa ini ditetapkan sebagai Hari Bela Negara, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 tanggal 18 Desember 2006.
Masih berbicara tentang sejarah perjuangan Indonesia, di Kota Bukittinggi juga terdapat Lubang Jepang, sebuah lubang mirip gua yang mnjorok ke dlam perut bumi yang dibangun oleh Jepang untuk kepentingan pertahanan. Lubang Jepang dibangun sekitar tahun 1942 dengan panjang terowongan yang mencapai 1400 m dan berkelok-kelok serta memiliki lebar sekitar 2 meter. Sejumlah ruangan khusus terdapat di terowongan ini, di antaranya adalah ruang pengintaian, ruang penyergapan, penjara dan gudang senjata. Berdasarkan guide yang mendampingi saya masuk ke dalamnya, dinding Lubang Jepang yang hanya berasal dari tanah liat jika terkena air malah justru akan semakin kuat. Dinding-dinding lubang dibuat lubang berkerut beraturan, untuk apa coba? Supaya tidak terjadi gema di dalam lubang. Namun ada dua pertanyaan yang belum terjawab sampai sekarang; pertama, berapa orang romusha yang tewas dalam pembangunan Lubang Jepang ini. Coba kita bayangkan, membuat lubang selokan aja dikerjakan banyak orang dan butuh waktu lama, apalagi Lubang Jepang ini dan para pekerjanya jangankan diberi upah, diberi makan aja sudah beruntung, ya namanya kerja paksa. Pertanyaan kedua, dimana tanah hasil pengerukan Lubang Jepang ini? Jika kita mengeruk tanah pasti ada tanah hasil kerukan, jika lubang sepanjang 1400 m dan lebar 2 meter tentu hasil kerukannya banyak donk. Nah, jika kamu berhasil menemukan jawaban dari dua pertanyaan itu kamu bisa kirim jawabannya ke alamat redaksi, hehe kok dari tadi ngasih pertanyaan terus.
Selanjutnya kita akan melihat keindahan alam Kota Bukittinggi. Coba siapa yang tidak tau Ngarai Sianok? Jangan sampai mengacungkan tangan ya karena pemandangan alam nan menakjubkan ini juga pernah menjadi gambar di lembaran mata uang seribu rupiah jaman dulu, kalau tidak percaya coba cari uang seribu rupiah jaman dulu dan cek deh, hehe. Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) hasil patahan kulit bumi yang dindingnya tegak lurus yang dalam jurangnya sekitar 100 m, membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m. Ngarai Sianok sudah kelihatan ketika kita akan memasuki Lubang Jepang, karena letaknya berdekatan. Bahkan Lubang Jepang ada yang tembus ke lembah di Ngarai Sianok. Katanya sebagai tempat untuk pembuangan mayat. Hih serem ya. Di bagian lembah Ngarai Sianok biasanya ada air yang jernih, namun pada waktu saya kesana lagi musim kemarau jadi pas mengering. Seandainya ada kereta gantung yang bisa menghubungkan antar dinding maka kita bisa melihat keindahan bentang alam Ngarai Sianok dari atas. Wuih, betapa indah nusantaraku..!
O iya, sebelum pulang jangan lupa membeli cendera mata untuk kenang-kenangan. Kota Bukittinggi terkenal dengan kerajinan bordir, ada bordir jilbab, mukena ataupun sarung. Harganya tentu bisa dijangkau dan juga bisa ditawar karena letaknya bukan di mall tapi di pasar, tepatnya di Pasar Ateh, letaknya berdekatan dengan Jam Gadang. Saya dulu beli sarung dua buah, hehe.
Memang tak ada alasan untuk kita tak bersyukur hidup di Indonesia, keindahan dan kekayaan alam berlimpah sejauh mata memandang. Mari kita jaga dan lestarikan. Semoga kekayaan alam Indonesia juga bisa mengkayakan moralitas dan spiritual bangsa Indonesia. Amin.